Sampai sebelum menikah, saya memiliki pemikiran seperti itu. Mungkin karena Mama saya dahulunya bekerja sebagai PNS, maka bagi saya, Mama teman yang hanya berstatus IRT itu.. tidak keren!
Semua berubah setelah saya menikah (bukan setelah negara Api menyerang yaa.. ). Saya secara sadar malah memilih menjadi IRT atau bahasa kerennya sekarang homestay mother, profesi yang dahulunya saya pandang sebelah mata. Keputusan ini saya ambil sebagai dampak dari konsep golden period anak dimana 1000 hari pertama kehidupan adalah masa-masa penting yang sangat menentukan kehidupan anak di masa depan. Saya kemudian memutuskan untuk menunda karir saya dan menemani anak-anak paling tidak sampai mereka berusia 2 tahun.
Menjadi IRT
Hampir 5 tahun terakhir ini saya berstatus sebagai IRT. Dan terus terang saja.. menjadi IRT adalah pekerjaan sangaaattt berat.
Sebelum menikah saya pernah bekerja. Profesi yang cukup melelahkan. Begadang Sampai hari berikutnya sudah menjadi kebiasaan. Tapi.., tetap saja pekerjaan tersebut memiliki waktu istirahat. Sedangkan homestay mother? Totally full time! 24 jam dalam sehari. 7 hari dalam seminggu. Lelah? Pastinya.
Lalu kenapa saya tidak meminta bantuan ART? Sudah. Sayangnya zaman sekarang sulit sekali mencari yang setia, seperti kasusnya Vicky-Angel atau Gading-Gisel. Eeehhhhh???
Pencarian ini sampai membuat kami lelah sendiri dan akhirnya memutuskan untuk mengerjakan semuanya secara mandiri.
Tantangan IRT tanpa ART
Awalnya sangat tidak mudah menjalani keputusan IRT tanpa ART. Tantangannya adalah bagaimana cara agar menciptakan keseimbangan sebagai istri, ibu, dan seorang wanita.
Saya diharuskan bisa menghandle semua pekerjaan rumah tangga, mulai dari memasak, mencuci dan menyetrika baju, beres-beres rumah. Mengurus dan mengasuh 2 anak balita super aktif bereksplorasi serta suami mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, di samping harus tetap menjaga kesehatan ( fisik dan mental ) diri sendiri.
Mudah? Tentu saja tidak! Tapi bukan berarti tidak mungkin kan Mom?
Pernahkah Mom berpikir kenapa yang dikaruniai kemampuan multitasking adalah wanita?
Yaa.., tentu saja karena yang menjadi Ibu adalah wanita, dan kemampuan multitasking sangat membantu Ibu dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
Contohnya sembari memasak, bisa mencuci (pakai mesin cuci tentunya 😁). Sambil menunggu masakan matang, mencuci piring kotor. Atau sambil pasang masker wajah, melipat kain dan menemani anak bermain. See? Sangat efektif dan efisien.
Ketika menjadi IRT tanpa ART, jangan ngotot ya Mom. Tidak apalah sesekali membeli makanan di luar. Bermain dengan anak di tengah serakan Lego dan pakaian yang menggunung menunggu giliran di cuci. Ikut menikmati tidur siang bersama anak-anak di saat wadah-wadah cantik Claris masih menumpuk di antara piring-piring kotor. Nikmati saja prosesnya, mungkin suatu saat nanti kita akan merindukannya.
Faktor lainnya yang tak kalah penting dalam slogan No Maid No Cry adalah kerjasama dan dukungan dari pasangan. Suami dan istri adalah teamwork untuk mencapai kebahagiaan rumahtangga. Alhamdulillah, saya mendapatkan pasangan yang tidak merasa malu ataupun risih ketika membantu pekerjaan rumah ataupun mengasuh anak.
Ganbatte!!
Apakah saya seideal itu? Tidak pernah mengeluh?
Sering sekali malah Mom. Mengeluh itu perlu untuk kesehatan jiwa dan emosi para Ibu. 😁
Manusia adalah makhluk dengan kemampuan beradaptasi yang sangat baik, jadi.. kalau para bule di benua sana bisa mengatur rumah dan mengasuh anak tanpa bantuan ART, kenapa kita tidak bisa? 😉
------------
#MothersonMission
#HariBloggerNasional
#MomxClaris
#MoMAppreciatesBlogger
Posting Komentar