"Maaf Bu, hari ini mau masak apa?" Bik Sum bertanya sopan pada Ibu Rani majikannya.
Ibu Rani yang sedang asik mengetik di laptopnya segera menghentikan aktifitas dan berjalan menuju kulkas.
"Hmm.. masak apa ya?" ujarnya pelan sambil memperhatikan isi kulkas yang penuh sesak.
Berbagai pilihan lauk segar dan beraneka sayuran aneka warna tersusun rapi dalam wadah plastik bening.
"Masak tahu tempe bacem, ayam goreng tepung, sayur bening bayam dan jagung, sama sambalado ya, Bik." putus Ibu Rani akhirnya.
"Ah ya, tolong sekalian goreng kerupuk udang dan potong buah juga ya Bik, kayak biasa." tambah Ibu Rani sebelum kembali tenggelam dalam pekerjaannya yang sempat tertunda.
Bik Sum mengangguk tanda mengerti. Ia segera memulai memasak karena pekerjaan rumah tangga lainnya telah menunggu giliran untuk dikerjakan.
Baru 2 bulan terakhir Bik Sum bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah kediaman Pak Rizki dan istrinya, Ibu Rani. Pak Rizki adalah seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit milik pemerintah di kota mereka. Ibu Rani, meskipun sama-sama memiliki gelar dokter, memutuskan tinggal di rumah dan mengasuh sendiri ketiga anak mereka yang masih kecil. Terkadang ketika anak-anak tidur, Ibu Rani terlihat asik dengan laptopnya.
"Menulis blog, Bik. Menyalurkan hobi." terang Ibu Rani suatu ketika.
Bik Sum hanya tersenyum mendengarnya tanpa mengerti arti istilah aneh yang baru saja didengarnya.
"Iya loh.. gue gak ngerti deh kenapa pemerintah sampai sekarang belum juga mengeluarkan kebijakan lockdown. Tinggal nyuruh semua orang diam di rumah doank. Mau nunggu sampai berapa ribu kasus baru bisa lockdown?" Bik Sum menunggu dengan sabar Ibu Rani yang berbicara penuh semangat dengan seseorang di telepon.
Pekerjaannya telah selesai dan Bik Sum berniat pamit pulang.
Bik Sum hanya bekerja separuh hari dari pagi hingga sebelum zuhur, ART pulang-pergi istilah kerennya.
"Eh iya, udah selesai Bik?" tanya Ibu Rani ketika menyadari ada seseorang di belakangnya.
Bik Sum mengangguk takzim, "Masih ada lagi Bu?" sebelum pulang Bik Sum selalu memastikan semua tugasnya selesai dengan baik.
Ibu Rani menggeleng, "Makasih ya Bik. Tolong pintu depan ditutup aja ya, nanti saya kunci."
Bik Sum pamit dan mempercepat langkah kakinya untuk segera sampai di rumah.
Raka, anak semata wayangnya sebentar lagi pulang sekolah dan pastinya sudah lapar karena memang sudah waktunya makan siang.
***
Baca juga : Tummypedia : Gratis Kesehatan Pencernaan.
Baca juga : Kumpulan Cerpen Covid 19
Baca juga : Kumpulan Cerpen Covid Lainnya
source : google |
"Masak apa, Buk?" Pak Joko menghampiri istrinya yang terlihat sibuk memasak sesuatu.
"Telur ceplok." jawab Bik Sum seraya mematikan kompor dan meletakkan telur ceplok yang sudah matang di atas meja.
"Makan Pak" tawar Bik Sum.
Pak Joko mengangguk, "Pakai sayur saja, telurnya nanti buat Raka saja."
Bik Sum menggigit bibir perih. Sudah 2 hari ini dia dan suaminya hanya bertahan makan nasi dan sayur daun bayam duri yang tumbuh liar di sekitar rumah. Telur, satu-satunya persedian lauk yang ada di rumah, sengaja dihemat untuk Raka makan. Persediaan beras makin lama juga semakin menipis, hanya cukup untuk makan sehari lagi.
Setelah 2 minggu berjalannya kebijakan pemerintah yang meliburkan sekolah dan kantor-kantor, ekonomi masyarakat semakin sulit. Pak Joko yang sehari-hari berjualan mainan keliling ikut merasakan dampaknya. Hasil penjualannya sangat sedikit, bahkan tak jarang tidak ada yang membeli. Bik Sum sendiri 2 minggu ini juga sudah tidak bekerja lagi di rumah Ibu Rani, "dirumahkan" untuk sementara waktu. Tetangga-tetangganya yang juga bekerja sebagai ART di komplek perumahan yang sama juga tidak bekerja lagi. Bahkan, menurut Mbak Nani, tetangganya yang biasa berjualan sayur keliling di sana, sekarang untuk bisa berjualan harus memakai masker dan sarung tangan.
Semalam Bik Sum berniat mengirimkan sms kepada Ibu Rani, mengajukan kasbon dari gajinya. Hanya saja ia ragu untuk meminta, karena bulan ini hanya masuk kerja 3 hari saja sebelum dirumahkan. Setelah lama menimbang-nimbang, Bik Sum memutuskan untuk sholat saja. Mengadukan kepada Yang Maha Mendengar, meminta kepada Yang Maha Kaya.
"Buk.. Buuk!" panggilan Pak Joko menyadarkan Bik Sum yang sempat melamun.
"Hp-mu kayaknya bunyi tadi." Pak Joko sudah selesai makan dan beranjak membawa piring kotor ke tempatnya.
Wanita paruh baya itu bergegas ke kamar mencari ponsel tuanya.
Ada 1 pesan, dari Ibu Rani. Merasa heran setengah deg-degan Bik Sum membuka dan membaca pesan tersebut.
Assalamu'alaikum Bik Sum. Apa kabar? Semoga sehat ya. Uang gaji Bik Sum bulan ini saya bayar semuanya, saya titipkan tadi ke Mbak Nani. Nanti diminta ya Bik. :)
Bik Sum luruh dalam sujud syukurnya. Tiada hentinya ucapan hamdalah meluncur dari bibirnya disertai isak tangis. Seketika beban berat yang mengganggu pikirannya beberapa hari ini terangkat hanya dalam hitungan detik. Alhamdulillah, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Kaya. Tidak akan pernah salah seorang hamba yang menggantungkan kehidupannya di tangan Allah SWT.
T A M A T
Semoga kita semua selalu diberikan sehat dan rejeki ya mbak. Insya Allah kita juga bisa melewati ini semua, dan ini juga menjadi kesempatan kita untuk saling membantu sesama.
BalasHapusaamiinnn.. semoga berkah RAmadhan juga menghentikan keganasan virus corona ini.
HapusMasya Allah, memang kondisi lockdown itu sangat berbeda ya Mba untuk orang-orang yang hidup dari gaji harian. Semoga pandemi ini segera musnah agar hidup kita dapat kembali normal.
BalasHapusbenar mbak, yang paling terdampak adalah pekerja harian. aamiinn.. semoga Ramadhan datang corona pergi
HapusHuhuhu banyak yang nasibnya seperti Bik Sum ini, Mbak. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita semua tanpa terkecuali bisa survive sama-sama.
BalasHapusiya mbak.. suka sedih dengar2 cerita orang2 kayak gini. aamiinn semoga kita semua sama2 survive
Hapussemoga kita selalu dilindungi dan menjadi orang-orang yang beruntung, yang bisa bersyukur dengan apapun yang terjadi.
BalasHapusaamiinn.. bener banget mbak.. harus bannyak bersyukur di setiap kesempatan
HapusSemoga segera berakhir ya mba, sedih dan gerbayabg bagaiaman yang mengandalkan pendapatan harian
BalasHapusMasyaAllah, semoga Pandemi ini segera berakhir.
BalasHapusbiar semua bisa beraktivitas lagi, banyak yang senasib dengan Bik Sum ini pastinya, syukur2 jika semua masih bisa seperti Ibu Rani.
Barokallah alhamdulillah bik sum, rejeki nggak ke mana ya Bik
BalasHapusasal berseah kepada Allah.