Hai Moms,
Pernah terpikirkan gak sih, pertanyaan di atas?
Kesibukan kita sehari-hari terkadang membuat lupa.
Kita terlena, berasa hidup masih lama.
Padahal, kalau ngomongin masalah maut, datangnya kan bisa tiba-tiba.
Tanpa sadar, ternyata kita belum mempersiapkan apa-apa untuk buah hati tercinta.
Dalam challenge menulis memperingati Hari Ibu bersama Komunitas Ibu Bahagia kemarin,
kami diharuskan menulis dengan tema tertentu setiap hari.
Dan tema terakhir challenge di hari terakhir ini sukses membuatku termenung cukup lama.
Iya juga ya, selama ini aku sudah menyiapkan warisan apa buat anak-anak,
jika tiba-tiba malaikat Izroil datang memanggil?
Berasa hidup masih lama, padahal sudah berulang-ulang diingatkan ustadz,
kalau kematian bisa datang kapan saja menyapa.
Kebanyakan orang tua (termasuk saya), jika sudah menyinggung masalah warisan buat anak,
yang terlintas di benak pastinya masalah harta.
Khawatir nantinya anak mau makan apa?
Biaya hidupnya bagaimana?
Biaya pendidikan siapa yang menanggungnya?
Padahal ya, kalau mau jujur, masalah rezeki tidak pelu dibuat pusing.
Setiap makhluk, selama masih hidup, sudah dijamin Allah SWT rezekinya.
Allah SWT bukan sutradara sinetron televisi 'Anak yang Tertukar',
tapi Allah SWT sutradara kehidupan, jadi gak bakalan ada cerita 'Rezeki yang Tertukar'.
Ingatlah selalu, Pemilik Rezeki tidak pernah khilaf. Tidak ada istilah rezeki yang tertukar.
Jadi, apakah tidak perlu menyiapkan harta warisan?
Ya bukan berarti begitu juga sih.
Kalau mau menyiapkan warisan berupa harta tidak ada salahnya, tapi bukan yang utama.
Aku sendiri berusaha menyiapkan 'bekal' tabungan anak-anak, meniru managemen keuangan Mama.
Sejak kecil, masing-masing kami sudah memiliki tabungan atas nama pribadi.
Setiap bulan, Mama mengisi masing-masing tabungan dengan jumlah yang sama.
Tidak terlalu banyak juga, disesuaikan dengan prinsip menabung, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit.
Yang membedakan jumlah akhir tabungan nanti adalah rezeki setiap anak,
karena tabungan juga ditambah dengan uang hasil menang lomba atau uang THR hasil 'menambang' di hari raya.
Sebelum menikah, Mama lantas memberikan semua tabungan yang sudah ditabung berpuluh tahun itu kepadaku,
"Buat bekal hidup yang baru", Mama bilang.
Jika bukan harta, lalu apakah warisan yang lebih utama?
Dalam Islam, warisan yang lebih penting ialah iman dan Islam.
Masih ingatkah cerita Luqman?
Atau kisah para sahabat Rasulullah SAW yang ketika meninggal tidak mempermasalahkan harta,
tapi yang yang membuat mereka gelisah adalah,
"apakah setelah mereka tiada, anak-anaknya masih akan menyembah Allah SWT?"
Nah, perkara waris yang inilah, yang kemudian membuatku gamang.
Akunya saja masih terus belajar, lantas bagaimana cara mewariskannya pada anak-anak, yang masih kecil pula usianya?
Apakah setelah tiada, anak-anak masih akan menyembah Allah SWT?"
Menulis, mungkin bisa menjadi salah satu cara.
Aku teringat almarhum Bapak mertua,
yang menghabiskan waktu pensiunnya untuk menulis buku, tentang adat Minangkabau.
Kata beliau, buku adalah salah satu warisan yang tak lekang oleh waktu.
Biar anak-anak muda Minang, walaupun sudah berganti-ganti generasi,
tetap mengetahui dan bisa bertingkah laku sesuai adat yang berlaku.
Baca juga : Seni Berbahagia Menjadi Ibu
Siapa yang Belajar Siapa yang Diajar
Teringat lagi kisah Imam Bukhari yang selalu sholat 2 rakaat sebelum memulai menuliskan hadits Nabi.
Dan lihatlah sekarang, tidak seorangpun yang menyangkal, bahkan setelah berabad-abad lamanya,
kitab yang pernah dituliskan beliau, masih menjadi acuan ilmu dan dipelajari oleh seluruh umat Islam sedunia.
Akhir tulisan, marilah kita memulai untuk mewariskan ilmu apapun yang bermanfaat,
termasuk ilmu agama, tidak hanya melalui perkataan, tapi juga melalui tulisan.
----------------------------------------
Depok, hari terakhir challenge.
Alhamdulillah, sesungguhnya hanya dengan izin Allah SWT saja tangan ini tergerak untuk menulis.
Masya Allah mbak, mudah-mudah sebagai ibu kita bisa meninggalkan warisan berharga buat anak-anak ya :)
BalasHapusBismillah, mudah-mudahan kita bisa meninggalkan harta warisan yang cukup untuk anak-anak nanti ya. Ga bermaksud untuk memanjakan juga yah.
BalasHapusAku baca artikel ini jadi ingat, apa yang sudah kupersiapkan untuk anak-anak. Iman dan Islam pun belum cukup ku berikan. Bismillah semoga kita bisa ya. Btw Terimakasih remindernya mbak.
BalasHapus